RSS

Jumat, 01 November 2013

Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan

Definisi umum
Penduduk, dalam pengertian luas diartikan sebagai kelompok organisme sejenis yang berkembang biak dalam suatu daerah tetentu.
Masyarakat adalah suatu kesatuan kehidupan sosial manusia yang menempati wilayah tertentu, yang keteraturannya dalam kehidupan sosial diatur oleh pranata sosial.
Kebudayaan merupakan hasil budi daya manusia, ada yang mendefinisikan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Berdasarkan definisi penduduk, masyarakat dan kebudayaan diatas dapat ditarik garis hubung diantar ketiganya. Penduduk yang menempati suatu daerah dalam waktu tertentu akan membentuk kelompok masyarakat, ini bererti masyarakat terbentuk karena adanya penduduk. Demikian pula dengan kebudayaan dan masyarakat yang merupakan dwi tunggal, hubungan keduanya adalah kebudayaan merupakan hasil dari masyarakat.

Penduduk dengan Permasalahannya
Orang yang pertama mengemukakan teori mengenai penduduk ialah Thomas Robert Malthus. Dalam edisi pertamanya “Essay Population “ tahun 1798. Malthus memaparkan bahwa terdapat dua persoalan pokok, yaitu bahwa bahan makanan adalah penting utnuk kehidupan manusia dan nafsu manusia tidak dapat ditahan. Bertitik tolak dari hal itu teori Malthus yang sangat terkenal yaitu bahwa berlipat gandanya penduduk itu menurut deret ukur, sedangkan berlipat gandanya bahan makanan menurut deret hitung, sehingga pada suatu saat akan timbul persoalan-persoalan yang berhubungan dengan penduduk.
Teori alam tentang pertumbuhan penduduk mengatakan bahwa tingkat kelahiran manusia lebih tinggi daripada tingkat kematiannya. Ini disebabkan manusia sebagai makhluk hidup akan berusaha untuk mempunyai keturunan dan memperjuangkan hidupnya agar tetap hidup dan memiliki kehidupan.
Berdasarkan teori- teori tersebut, pada realitasnya timbulah banyak persoalan yang menyangkut dengan perkembangan sosial.




Pertumbuhan penduduk yang melonjak begitu tajam dengan tidak diseimbangi dengan kesejahteraan sosial terjadi di negeri tercinta kita, Indonesia.
Di tengah gembar- gembor sang wakil berdasi  tentang perbaikan taraf hidup, masih terdapat puluhan juta orang mengais makanan demi mempertahankan hidup.



Saat pendidikan 12 tahun di canangkan, masih terdapat hampir seperempat persen saudara kita buta akan huruf. Pendidikan yang layak belum dapat dinikmati oleh sebagian penduduk Indonesia, yang pada hakekatnya memiliki hak memperoleh pendidikan yang sama sebagai warga negara.
Jutaan pengangguran yang terlantar di tengah- tengah era pembangunan ini memperparah dinamika kehidupan ini. Lahan kerja yang sangat sempit tidak diseimbangi dengan jumlah punduduk yang semakin membeludak di negeri ini.



Pemerintahan yang memiliki tugas utama dalam mengatur negeri ini terkesan lamban dalam melakukan tindakan. Pemerintah hanya terus mengeluarkan rencana- rencana tertulis, tanpa melakukan aksi dan perubahan yang berarti. Pemerintah lebih disibukan dengan perbaikan tubuh golongan tertentu ketimbang tubuh negara ini. Namun, bagaimanapun juga pemerintah telah mengupayakan yang terbaik untuk negeri ini, walaupun itu semua membutuhkan proses dan kesadaran oknum wakil berdasi bahwa prioritas utamanya adalah negeri ini. kita sebagai masyarakat harus mendukung dan membantu semua kebijakan pemerintahan.


Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan
Pola kehidupan masyarakat Indonesia yang konsumtif dapat pula memicu permasalahan sosial. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang memicu perubahan sosial, Petama, adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka . kekuatan luar dari masyarakat banyak dipengaruhi kebudayaan asing yang masuk.
Secara pribadi saya prihatin terhadap kondisi Indonesia saat ini. Ditengah-tengah kemiskinan, pengangguran membeludak, dan pendidikan tidak merata, kondisi Indonesia diperparah dengan adanya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Kebudayaan yang tidak disaring dengan baik mempengaruhi ideologi bangsa kita. Saya ambil satu contoh adalah budaya fashion. Fashion berkembang dengan cepat layaknya bakteri di udara. Setiap orang memiliki selera fashion tersendiri. Hal ini berkiblat dari negara- negara maju seperti Prancis, Amerika, Inggris, dan sebagainya. Ditengah perkembangan trend fashion dunia, berkembanglah trend fashion Indonesia. 







Sangat miris sekali ketika banyak kaum wanita di Indonesia memakai baju yang minim dan menonjolkan lekuk tubuhnya. Sebagai wanita yang hidup di negeri ketimuran, apakah layak mengikuti perkembangan fashion ini? Seharusnya kita dapat menyaring dengan baik budaya asing yang masuk ke Indonesia. Disamping menurunkan moral bangsa itu sendiri, hal ini juga menjadi permasalahan sosial yang serius di tengah pertumbuhan punduduk yang kian meningkat. Rendahnya moral bangsa, justru dapat menjadi momok besar penghancur bangsa ini.

Kita sebagai generasi muda mari membantu program pemerintah untuk memperbaiki kesejahteraan bangsa ini jangan sibukan diri kita dengan trend luar negeri yang nantinya justru menurunkan moral bangsa. Pintar- pintarlah menyeleksi mana yang baik dan buruk untuk negeri ini. Bangsa yang baik adalah berasal dari kita, mulailah perubahan!



Sumber:

0 komentar:

Posting Komentar